Pentingnya Inovasi dan Kemandirian

Menyangga Keberagaman, Keselarasan, dan Kelestarian

Pentingnya Inovasi dan Kemandirian

Kegiatan peluncuran web SANGGARAGAM dilakukan diskusi secara virtual, mengundang narasumber Wiryono Raharjo, seorang peneliti dan pengajar di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta dan Dominggus Elcid Li, aktivis dan direktur Institute of Resources Governance and Social Change, Kupang dengan tema “Pandemi dan Siasat Kaum Pinggiran”. Kegiatan ini diselenggarakan pada 24 April 2021 bertepatan dengan peringatan Hari Asia Afrika (Asia Africa Day) yang dimoderatori oleh Kun Haribowo dari Jurusan Sosiologi Atmajaya.  Diskusi dibuka dengan pengantar oleh Darwis Khudori selaku inisiator dan dewan redaksi SANGGARAGAM.

Meskipun negara kecil, sebagai inisiator Gerakan Non Blok, Indonesia disegani oleh lawan maupun kawan pada waktu penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika yang pertama di Bandung yang melahirkan Dasa Sila Bandung. Kontribusi Indonesia terhadap gerakan kemerdekaan negara Asia-Afrika dari kolonialisme cukup penting, sehingga semangat semangat Bandung selalu diperingati oleh negara-negara Asia Afrika sebagai  bentuk bangkitnya kekuatan Asia-Afrika yang dikenal dengan New Emerging forces. Namun, saat ini Indonesia ketinggalan dengan negara-negara Asia Afrika lain seperti yang dilakukan oleh negara kecil seperti Negal, Nigeria, Burkina Faso yang secara rutin menyelenggarakan berbagai konferensi, pemutaran film dan kajian dalam semangat mengembangkan wacana dan gerakan Asia Afrika sebagaimana disampaikan oleh Darwis Khudori untuk menciptakan ruang virtual yang kontekstual dengan kultur digital dalam upaya menjaga dan merawat keberagaman dalam aras Bandung Spirit.

Sejalan dengan semangat kemandirian, dalam konteks pademi global, aktivis masyarakat sipil dan intelektual  dari  Kupang, Elcid Li mengisahkan gagasan terobosan untuk pengembangan penelitian mandiri, Laboratorium Biomolekuler yang digerakan secara lintas displin ilmu (kedokteran, kesehatan masyarakat, ahli sosial, lingkungan) menemukan formula untuk melakukan skrining covid-19 pada masyarakat luas yang terjangkau.  Gagasan ini, menurut Elcid adalah murni sebagai bentuk kontribusi pemikiran bagi kemanusiaan karena keprihatinan terhadap lemahnya pemerintah dalam merespon pandemi di daerah pinggiran seperti daerah Nusa Tenggara Timur.

Gagasan tersebut disambut dengan baik oleh berbagai kalangan yang peduli kesehatan masyarakat di wilayah Timur. Dengan dukungan secara suka rela, kerja tim Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat semakin bersemangat. Akhirnya, Tim peneliti dapat menunjukkan hasil mengembangkan reagen untuk tes PCR yang terjangkau dan gratis bagi sebanyak mungkin masyarakat yang membutuhkan. Kerja keras para peneliti Laboratorium Biokesmas dapat diakses gratis oleh individu untuk keperluan medis yang akan menjalani tindakan medis operasi, keperluan perjalanan khususnya mahasiswa yang akan melakukan studi di luar daerah, orang yang memiliki kontak erat dengan orang yang terkonfirmasi covid-19 dan layanan gratis bagi pekerja kemanusiaan keluar masuk NTT yang membantu korban siklon tropis seroja.

Sementara, Wiryono Raharjo yang lebih akrab dipanggil Pak Wing, memiliki pengalaman komunitas di tingkat Rukun Warga sebagai Ketua RT dalam menghadapi pandemi ini.  Secara struktural sudah ada strategi dan siasat komunitas yang dikembangkan untuk mitigasi penyebaran virus dengan menjalankan protokol kesehatan (prokes) untuk menjaga jarak sosial, menjaga kebersihan dengan cuci tangan, dan menggunakan masker, serta dukungan untuk masyarakat terdampak covid-19 dalam berbagai program. Sebagai pengajar dalam situasi pandemi, mekanisme kerja dari rumah (WFH) secara virtual memang mengalami hambatan, khususnya untuk kelas-kelas internasional yang diikuti mahasiswa UII yang berasal dari negara-negara Afrika yang memiliki perbedaan waktu  besar.

Menepis dugaan lemahnya perhatian Indonesia dalam solidaritas Asia Afrika  kerjasama Asia-Afrika, Wiryono Raharjo yang secara khusus menjadi duta pengembangan kerjasama Internasional untuk Universitas Islam Indonesia menggarisbawahi bahwa sudah ada program beasiswa dari Pemerintah Indonesia yang memberikan peluang bagi mahasiswa dari berbagai belahan dunia seperti Afrika mengambil studi di Indonesia seperti yang sudah dikembangkan oleh UII dengan berbagai universitas di berbagai tempat.

Sementara itu, menurut Eko Prawoto, seorang arsitek dan pengajar di Universitas Kristen Duta Wacana memberikan catatan kritis, bahwa kondisi sekarang ini kontribusi kampus-kampus mengalami situasi kemunduran untuk memikirkan dunia diluar dirinya, karena kampus terjebak dengan kestabilan dan mekanisme survival sendiri. Hal ini menimbulkan kesenjangan yang besar kampus sebagai sumber gerakan yang konkrit bagi daya pengungkit suatu  perubahan sosial lebih luas.

Dinamika kehidupan terkini, penting bagi semua pihak untuk kembali memikirkan sebuah langkah nyata bagaimana membangun kedaulatan sehingga memiliki kekuatan yang disegani oleh berbagai negara seperti pada masa Soekarno yang menjadi pelopor bagi kemerdekaan berbagai negara dari kolonialisme Barat. Sebagaimana Samir Amin menegaskan bahwa bangsa-bangsa dari dunia sedang berkembang perlu membangun kekuatan sendiri untuk bangkit dari hegemoni neokolonialisme.

Dalam konteks terkini, Darwis Khudori menegaskan bahwa bangsa-bangsa Asia Afrika akan kuat apabila memiliki kemandirian dan penguasaan 5 bidang utama yakni, ilmu dan teknologi, media informasi dan komunikasi, arsitektur sistem keuangan, persenjataan dan sumber daya alam. Tanpa menguasai sektor tersebut maka peradaban bangsa-bangsa Asia Afrika akan semakin tertinggal dari negara-negara maju.

Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, ada dua kata kunci penting  berkaca pada pengalaman yang dikembangkan para aktivis dan peneliti dari NTT dengan Laboratorium Biokesmasnya, inovasi dan kemandirian. Aksi konkrit dari para aktivis dan intelektual lintas disiplin untuk membantu menciptakan inovasi ilmiah secara mandiri dalam surveillans keterpaparan covid-19 yang terjangkau oleh masyarakat sebagai dasar pengambilan kebijakan publik yang penting. Kemajuan masyarakat yang sehat dan bermartabat dengan berbagai pihak ke depan sangat tergantung pada inovasi ilmiah dengan semangat kemandirian yang didukung oleh sinergi berbagai kekuatan masyarakat secara luas.

Diskusi ditutup dengan gagasan mengembangkan jejaring kerjasama lintas institusi dan organisasi masyarakat sipil guna memerkuat kerjasama konkrit lintas disiplin ilmu yang dapat berkontribusi secara nyata dalam mengatasi keterpinggiran dan memajukan peradaban secara luas demi kehidupan yang lebih selaras, beragam dan lestari. (HR)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *