Relevansi Gerakan Nonblok dalam Konteks Kekinian
Refleksi 60 Tahun Konferensi Beograd
kat Tinggi Asia-Afrika, sebuah konferensi yang diadakan di Bandung, Indonesia pada tahun 1955. Negara-negara yang berkumpul di Bandung ini memiliki keinginnan untuk menciptakan tatanan baru terbebas dari kolonialisme dan imperialisme, dan tidak terlibat dalam konfrontasi ideologi Barat-Timur. Tokoh-tokoh pendiri gerakan ini terdiri dari lima pemimpin dunia, yaitu: Josip Broz Tito, Presiden Yugoslavia; Soekarno Presiden Indonesia; Gamal Abdul Nasser, Presiden Mesir; Pandit Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri India; dan Kwame Nkrumah dari Ghana.
Konferensi Beograd yang diselengarakan pada September 1961 yang merupakan kelanjutan dari KTT Bandung menjadi penting karena berhasil mencetuskan prinsip politik bersama yang tidak memihak. Deklarasi politik tersebut dirumuskan sebagai “politik berdasarkan koeksistensi damai, bebas dari hegemoni dan dominasi kekuataan satu negara oleh negara lain, tidak menjadi anggota persekutuan militer dan bercita cita melenyapkan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya (id.wikipedia.org).
Sumber: Foto Historia
Seminar Internasional peringatan 60 tahun Konferensi Gerakan Nonblok Beograd merefleksikan kembali sejarah gerakan nonblok yang berkembang di Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Eropa, sebagai upaya membangun dunia yang merdeka, demokratis, toleran, dan berkelanjutan dalam persoalan sekarang. Karena pandemi, konferensi internasional di tingkat masyarakat sipil ini dilakukan dengan webinar dan daring.
Konferensi virtual ini berhasil mempertemukan akademisi dan aktivis lintas disiplin untuk merefleksikan pengalaman dan gagasan dari beragam latar belakang disiplin ilmu yang memiliki konsern untuk meneruskan semangat Bandung yang diselenggarakan oleh L’Havre University berkerja sama dengan Kolese Kirori Mal Universitas Dehli India, Universitas Paris 1 Panthéon Sorbone Prancis, dan Universitas Airlangga Indonesia, pada 10 -12 Pebruari 2021 .
Tak kurang 175 partisipan dari 307 partisipan yang mendaftar aktif mengikuti konferensi dari tempat masing-masing. Terdapat 107 pemakalah yang menyampaikan presentasi terbagi dalam 16 klater tematik mulai dari kajian sejarah tokoh-tokoh penting inisiator gerakan Nonblok (NAM) yaitu Soekarno, Josip Broz Tito (Yugoslavia), N’Krumah (Ghana), Nehru (India), Gamal Abdul Nasser (Mesir) yang menyebarkan semangat bangkitnya gerakan anti kolonialisme dan imperialisme berikut tema-tema kontekstual global terkini tentang berbagai perspektif geopolitik dunia Barat, Amerika Latin, Afrika, Asia, dan Asia Tenggara, perkembangan Informasi dan Media, Ekologi, Kebudayaan, Jaringan Bisnis Eropa-Asia, Globalisasi baru dan Gender. Abstraksi presentasi dari para narasumber dapat diunduh di www.bandungspirit.org
Laporan ini menggaribawahi catatan dari keterlibatan dalam konferensi virtual tersebut yang cukup berhasil membangun jaringan kerja sama terkini versi masyarakat sipil (people to people initiatives) berbasis pada gerakan intelektual dan praktisi tokoh internasional dengan beragam disiplin tersebut yang terlibat sebagai partisipan dalam beberapa klaster geopolitik- ekonomi Asia-Eropa-Amerika Latin.
Pertama, Gerakan Nonblok merupakan gerakan penting dunia yang memberikan warna politik dunia pasca Perang Dunia ke-2 dan masa Perang Dingin yang membelah dalam Blok Barat dan Blok Timur dengan mengusung prinsip utama hubungan antarnegara yang bebas, anti kolonialisme, kemanusiaan, toleransi, dan multikulturalisme. Semangat “Bandung Spirit” dan Gerakan Nonblok menjadi tanda kebangkitan Asia melawan dominasi dan hegeomi dunia Barat.
Ada satu peran menarik yang dimainkan oleh sebagian negara Barat yang memilih posisi sebagai active neutrality, seperti Austria dan Switzerland, yang memainkan peran penting intervensi damai memfasilitasi ruang-ruang damai antarpihak yang berkonflik seperti dalam peran Wina sebagai tempat penyelenggaraan dialog dalam isu Palestina dengan pembentukan PLO (Palestine Liberation Organization). Meski dalam perkembangan, peran tersebut mengalami pergeseran pasca perang dingin yang ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet menjadi lebih pragmatis sesuai kepentingan masing-masing.
Kedua, negara-negara Dunia Ketiga secara umum menghadapi kemiripan persoalan terkait dengan persoalan kesejahteraan, kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam, ketidaksetaraan gender dan domestikasi kelompok minoritas (perempuan dan LGBT), dan menghadapi kepentingan globalisasi baru dengan dominasi kapitalisme global, dan tantangan rezim otoritarian dengan kasus terkini, penggulingan kekuasaan sipil oleh militer seperti Myanmar. Pertanyaanya, sejauh mana gerakan nonblok dan semangat Bandung berkontribusi membangun semangat solidaritas di antara negara-negara anggota gerakan nonblok dalam berbagai permasalahan politik, ekonomi, dan kesehatan global yang berdampak besar bagi permasalahan keberlangsungan kawasan.
Ketiga, situasi pandemi merupakan momentum membangkitkan semangat “Bandung Spirit” dan gerakan nonblok. Dunia seakan berhenti bergerak dan membangun kembali keseimbangan. Kontribusi negara-negara maju tampaknya masih belum jelas, terkait dengan akses untuk vaksin Covid 19 kecuali misalnya China yang telah membuka akses dengan kontribusi perangkat dan obat covid ke berbagai negara yang membutuhkan. Pemutusan mata rantai virus Covid-19 hanya akan dapat dilakukan jika terjadi solidaritas antara negara-negara maju dengan seluruh negara-negara berkembang untuk membangun imunitas bersama.
Keempat, dengan situasi yang berbeda, kontesktualisasi NAM dan “Bandung Spirit” dapat berkontribusi untuk membangun cita-cita masyarakat yang inklusif, kebijakan yang promasyarakat kecil, investasi ekonomi yang menjunjung tinggi keberlanjutan lingkungan, kebijakan pemerintah yang demokratis dan partisipatoris, serta berkeadilan gender. Persoalan ini menjadi tantangan serius ke depan bagi negara-negara jaringan nonblok yang tergabung dalam Amerika Latin, Asia, dan Afrika. Tantangan bagi dunia Barat, bagaimana wujud solidaritas yang nyata dari dunia Barat terhadap berbagai kerentanan berbagai persoalan yang sekarang dihadapi oleh komunitas masyarakat di negara-negara berkembang. Sebagai tindak lanjut dari konferensi, ada komitmen untuk mengembangkan jejaring komunikasi dengan penebitan “Bandung Spirit Bulletin”. Penerbitan akan dikelola oleh pusat kajian Afrika Universitas Quebec di Montreal, Kanada.
Proficiat atas Keberhasilan konferensi virtual peringatan 60 Tahun NAM Belgrade 2020 dengan Steering Committee diketuai oleh Darwis Khudori sebagai inisiator gerakan “Bandung Spirit” masyarakat sipil untuk menggali kembali semangat solidaritas gerakan nonblok (Non Aligned Movement) masa kini.
HRS