Afnan Malay
Afnan seringkali melakukan bepergian, bukan hanya di kota-kota Indonesia, tetapi juga kota-kota di negara lain. Agaknya, setiapkali ia bepergian, acapkali ingat rumah, atau kampung halamannya. Ia juga ingat sungai,seolah hanya tubuhnya yang jauh, namun batinnya masih lekat dengan masa lalunya. Mungkin karena ia romantis, sehingga tidak pernah sepenuhnya bisa membuang masa lalunya.
Puisi Afnan terasa lembut, mengalir diikuti. Ia memang sedang tidak berteriak, dan tampaknya Afnan bukan seorang penyair yang suka teriak. Mungkin, teriak dan mengepalkan tangan ada tempatnya, tidak harus selalu menggunakan puisi. Ia paham soal itu. Maka, 3 puisinya ini, yang dia tulis semasa bepergian, ia seperti seorang pelancong yang, sebut saja, melihat keindahan, dan mengingatkan pada masalalunya.