Angkut Sampah
Sebagai tukang sampah, job Kang Yanto ambil-ambil sampah dari rumah ke rumah di RW-ku untuk diangkut Ke Tempat Pembuangan Akhir di tingkat kecamatan, di kota kecilku. Dia tidak punya sepeda motor, tidak punya Tosa atao Viar, motor roda tiga yang lebih efektif untuk angkut-angkut barang. Modalnya hanya gerobak kayu yang ditarik dengan tenaga fisiknya untuk membawa kumpulan sampahnya ke TPA.
Pada saat Kang Yanto lagi kurang enak badan, dia hanya bisa angkut sampah semampunya. Artinya, tidak semua sampah se-RT dapat dibuangnya ke TPA. Bahkan kalau Kang Yanto sakit, dia absen dari pekerjaannya. Ketika dia sembuh dan mulai mengangkut sampah lagi, otomatis kuota sampahnya berlipat. Dan dia harus menarik gerobaknya bisa sehari dua kali, pagi-sore untuk menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk.
Warga, terutama ibu-ibu, ada saja yang komplain ketika Kang Yanto telat ambil sampah. Tetapi kalau alasannya sakit, suka tidak suka semua harus menerimanya. Melihat kondisi Kang Yanto yang akhir-akhir ini suka sakit, mungkin karena kecapean, suatu hari Pak RT mengusulkan untuk pakai sepeda ontel saja angkut-angkut sampahnya. Memang sampah satu RT tidak bisa sekali angkut tentu saja, karena itu memang harus bolak-balik angkut sampah dalam sehari. Tapi dengan cara begitu lebih tidak melelahkan daripada harus menarik gerobak penuh sampah ke TPA yang jaraknya kira-kira satu setengah kilometer dari kampung.
Sekarang, pagi-pagi sekali sehabis subuh, Kang Yanto sudah ambil-ambil sampah dari rumah-rumah, di-pool di gerobaknya dulu di rumahnya, diwadahi bagor atau tas-tas kresek besar, lalu diangkut dengan sepedanya bolak-balik. Tampaknya ini menjadi solusi baginya.
“Kok ya ndak dari kemarin-kemarin gitu aja ta, Kang, Kang…,” seloroh Mbak Yuni, depan rumahnya.
Kang Yanto hanya tertawa. Kang Yanto orangnya sederhana, polos, dan tidak banyak cakap.
Widi
Bantul, 25 Oktober 2024