Lagu Puisi di Kampung Sastra “Gubuk Putih”

Menyangga Keberagaman, Keselarasan, dan Kelestarian

Lagu Puisi di Kampung Sastra “Gubuk Putih”

Setiap bulan Agustus, dan sudah berlangsung tiga tahun ini, Sanggaram, satu lembaga yang memiliki kepedulian terhadap keberagaman bersinergi dengan Sastra Bulan Purnama (SBP) membuat satu Komunitas Kampung Sastra di Gubug Putih, Jl. Gatotkaca No. 16, Karangnongko, RT 08, Pelem Sewu, Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul, Yogyakarta.

Disebut Gubug Putih, karena bangunan berlantai 3 didominasi warna putih, menghadap kolam. Sanggaragam berkantor di Gubug Putih. Panggung pertunjukkan berada di atas kolam, dan disekitar kolam merupakan amphytheater. Karena lokasi Gubug Putih berada di tengah kampung, maka disebut sebagai Kampung Sastra.

Kali ini, Sanggaragam bersama Sastra Bulan Purnama edisi 155 menyajikan lagu puisi, yang akan dimainkan para penggubah lagu puisi yang datang dari lima kota: Depok, Jabar, Madiun, Karanganyar, Magelang, dan Yogyakarta. Tajuk dari pertunjukkan ini “Lagu Puisi Di Kampung Sastra”. Masing-masing penampil akan membawakan empat lagu puisi, sehingga total lagu yang disajikan berjumlah 24 lagu. Penampil dari Yogya ada 2 orang, Gati Andoko dan Joshua Igho.

Masing-masing menyajikan lagu puisi yang berbeda dari puisi penyair yang berbeda pula, termasuk puisi karya sendiri. Karena penampil sekaligus penyair. Fileski dari Madiun misalnya, akan membawakan lagu puisi berjudul “Dua Musim” (puisi Ons Untoro), “Tuhan Aku Cinta Padamu” (WS. Rendra), “Senja Bersama Pagi” (Fileski), “Derai-Derai Cemara” (Chairil Anwar), Yuditeha (Karanganyar): “Peringatan” (Wiji Thukul), “Menjadi Manusia Indonesia” (Joko Sumantri), “Apa Ada yang Lebih Asu dari Rindu” (Asef Saiful Anwar), “Hidup Kedua” (Yuditeha).

Sedang Gati Andoko (Yogya) menyaanyikan lagu puisi berjudul “Mantra Pisau” (Aprinus Salam), “Langgam Zrah”, “Lagu Untuk Zaya” dan satu geguritan: “Apa Bisa Pitaya” (Yanti S.Sastro). Joshua Igho (Yogya) membawakan lagu puisi berjudul “Nyanyian Hujan” (Joshua Igho) dinyanyikan Sashmytha Wulandari, “Di Tepi Kanal” (Ayu Budhiarti) dinyanyikan Sashmytha Wulandari, “Nisan” (Chairil Anwar) dan “Kubakar Cintaku” (Joshua Igho).

Vincensius Dwimawan, yang akrab dipanggil Si Us, dari Depok, Jawa Barat, membawakan lagu puisi berjudul “Pengembara” (Emha Ainun Najib, “Kupu-Kupu Makna Kata” (Fauzi Absal), “Pelukis 1” (Ons Untoro) dan “Mata Leso’ Ge’ (Ivan Nestorman). Yupi (Magelang), satu-satunya pemusik perempuan menyanyikan lagu puisi “Kidung Rara Mendut” (Yupi), “Rara Mendut” (Ahmad Masih), “Gugur” (WS.Rendra), “Kidung Dongane Kluwung” (Yupi), “Tik Tok Pelangi” (Fauzi Absal), dan “Laut” (Evi Idawati’

“Untuk closing, semua penampil bareng-bareng melagukan puisi karya Deded Setiadi, penyair dari Magelang, berjudul ‘Sejak Kapan’”, ujar Yupi.

Pertunjukkan akan dibuat mengalir, agar terlihat satu penampil dan penampil lainnya menyatu, maka akan diawali penampilan bareng, dan diakhiri penampilan bersama.

Ons Untoro, koordinator Sastra Bulan Purnama mengatakan, para penampil lagu puisi ini, sudah lama bergelut dengan lagu puisi, selain mereka menciptakan puisi untuk dilagukan sendiri, mereka juga menggarap puisi penyair lain menjadi lagu.

“Masing-masing penampil di tahun berbeda-beda pernah tampil di Sastra Bulan Purnama, bahkan Joshua Igho dan Yupi, seringkali menyempatkan waktu menggubah puisi penyair yang bukunya dilaunching di Sastra Bulan Purnama” kata Ons Untoro. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *