SOL SOL LA SOL MI DO SI DO RE DO…

Menyangga Keberagaman, Keselarasan, dan Kelestarian

SOL SOL LA SOL MI DO SI DO RE DO…

“Sol sol la sol mi do si do re do, la la si do do sol la sol fa mi….” senandung Togog.

“Aku tahu itu!” sahut Mbilung, lalu menyanyi dengan nada yang sama “Nenek moyangku orang pelaut!”

“Salaaah!” potong Togog, lalu menyanyi mengoreksi syair Mbilung “Nenek moyangku orang Afrika….!”

“Lho, lho, lho,… mana bisa?!” potong Mbilung.

Tapi Togog tak peduli, dia terus saja menyanyi, “Mereka datang di Nusantara, berkembang biak, beranak pinak, menjadi penghuni yang pertama…”

“Tapi kita kan sangat berbeda dengan orang-orang Afrika yang hitam kulitnya dan keriting rambutnya!” protes Mbilung.

Togog menjawab dengan nyanyian, “Nenek moyangku orang Tionghoa…!”

“Toblaaas… toblas, tambah ngawur!” potong Mbilung.

“Mereka datang di Nusantara,” lanjut Togog masih menyanyi, “Bercinta dengan penghuni pertama, membentuk bangsa Austronesia!”

“Kamu tidak menjawab pertanyaanku!” potong Mbilung.

“Lha kan sudah kujawab dengan tembang cantik heroik!” jawab Togog.

“Ha, ha, ha,…. cantik heroik, tapi tak ada dasarnya!” sahut Mbilung.

“Ada banget! Dasarnya itu ngilmiyah, hasil penelitian gabungan para ahli paleo-anthropologi dan genetika tingkat dunia!” jawab Togog.

“Ah, sok amat, pakai istilah-istilah asing biar aku tak paham, dasar snob!” sambung Mbilung.

“Ya, minta mangap, istilah Indonesianya memang belum ada. Paleo-anthropologi itu ilmu yang mempelajari manusia purba, jejak-jejaknya, fosil-fosilnya, sedangkan genetika mempelajari DNA, unsur-unsur terkecil dalam tubuh makhluk hidup yang diwariskan turun temurun. Hasilnya, penduduk Asia Tenggara, terutama Nusantara, adalah campuran jenis manusia Negroid, yaitu manusia berkulit hitam berambut keriting yang datang dari Afrika, dan manusia Mongoloid, yaitu manusia berkulit kuning bermata sipit berambut lurus yang datang dari Tiongkok. Makanya, kebanyakan penduduk Asia Tenggara, baik orang Thailand, Filipina maupun Indonesia berkulit coklat, antara kuning dan hitam, ada yang bermata sipit tapi tidak sesipit orang Tionghoa, ada yang berambut lurus tapi berombak antara keriting dan lurus. Kelompok manusia ini disebut bangsa Austronesia, austro itu artinya selatan dan nesia itu kepulauan, jadi Austronesia artinya kepulauan selatan…” jelas Togog berbusa-busa saking semangatnya.

“Tunggu tunggu!” potong Mbilung,”Mengapa orang-orang Papua tetap hitam kulitnya dan keriting rambutnya seperti orang Afrika?”

“Karena percampuran Negroid dan Mongoloid di Nusantara terjadi dari barat ke timur, makin ke barat makin tinggi tingkat campurannya, makin ke timur makin rendah campurannya, sampai tidak ada campuran sama sekali seperti di Papua,” jawab Togog mantap bagaikan telepesor.

“Kalau begitu orang-orang Papua itu sesungguhnya penduduk asli pertama Nusantara,” simpul Mbilung.

“Betul sekali!” jawab telepesor Togog, “Begitu juga orang-orang Tionghoa. Mereka adalah saudara-saudara tua kita karena merekalah penghuni pertama dan kedua di Nusantara…”

“Lho, terus kaum Mongoloid yang kau sebut nenek moyang kita itu datang dari mana? Apakah muncul dari bumi Tiongkok atau datang juga dari Afrika?” tanya Mbilung penasaran.

“Wah, itu topik lain, nanti dalangnya marah kalau wayangnya ngomong di luar pakem”, jawab telepesor Togog.

“Ha, ha, ha… ini namanya wayang patuh dalang!” kata Mbilung lalu menyanyi gembira, “Sol sol la sol mi do si do re do…!”

 

Darwis Khudori

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *