CATATAN DISKUSI: CUBA BEHIND ANTI-GOVERNMENT PROTESTS: U.S. Embargo and Pandemic – What Crisis?
Pada 13 Agustus 2021 lalu, telah dilangsungkan diskusi secara online bertajuk “Bandung-Belgrade-Havana Geopolitical Insight: Kuba”. Diskusi ini merupakan respons atas kegaduhan politik yang terjadi di Kuba, sehubungan dengan adanya demo anti pemerintahan, karena dinilai tidak mampu menjalankan tampuk kepemimpinan politik dengan optimal. Hal ini diperparah dengan adanya embargo dari Amerika, yang menyebabkan terhambatnya pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat di Kuba.
Terdapat beberapa pertanyaan pemantik yang diajukan oleh Prof. Darwis Khudori selaku moderator, seperti bagaimana konteks situasi konkret yang ada di Kuba? Apa yang harus diubah dan apa yang dapat dipertahankan oleh Pemerintah Kuba? Serta bagaimana kemungkinan proses pemecahan masalah yang dihadapi oleh Kuba?
Respons terhadap beberapa pertanyaan tersebut diawali dengan cerita dari Leonel Nodal, seorang jurnalis Kuba, khususnya mengenai perubahan aspek sosio-kultural yang melanda Kuba. Dalam narasinya, Nodal menjelaskan bahwa persoalan politik tersebut terjadi seiring dengan perkembangan teknologi, yang memungkinkan masyarakat Kuba, terlebih kaum muda di Kuba, untuk mengakses berbagai informasi baru, dan membangun pengetahuan baru. Konsekuensinya, terjadi pemudaran atas kesadaran kolektif yang diikuti dengan berkembanganya imaji-imaji kehidupan baru, tentu saja dengan corak liberalistik.
Narasi tersebut kemudian diikuti dengan lontaran gagasan mengenai perlunya pengemasan ide-ide sosialisme dengan gaya penyampaian yang baru agar sesuai konteks zaman. Hal ini ditujukan untuk menjangkau kaum muda, yang notabene memiliki pengalaman historis berbeda dengan generasi pendahulunya. Meski sempat terjadi perdebatan mengenai relevansi sosialisme di era kontemporer, selanjutnya muncul gagasan mengenai pentingnya peran institusi akademik dalam proses reproduksi ide-ide sosialisme sebagai wacana tandingan.
Namun selain itu, muncul pula gagasan untuk menempatkan kegaduhan politik yang ada di Kuba ini dalam konteks global. Hal ini mengingat, bahwa permasalahan yang ada di Kuba, tidak hanya berkaitan dengan dinamika politik lokal di Kuba saja, namun juga terkait dengan relasi antarnegara, khususnya antara Kuba dan Amerika. Karena itu, diperlukan kontribusi solidaritas transnasional untuk dapat memunculkan alternatif-alternatif solusi.
Diskusi yang berjalan kurang lebih 3 jam ini tidak diakhiri dengan suatu rumusan kesimpulan yang baku, melainkan seluruh partisipan dipersilakan untuk membangun refleksi secara mandiri guna menyikapi dinamika politik yang terjadi di Kuba.
Aryo Lukisworo,
Pengajar Program Studi Sosiologi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta