Sampah-Sampah
Bulan Juni 2024 ini terasa unik. Bulan yang menurutku sudah harus masuk musim kemarau ini suka tiba-tiba mendung dan turun hujan. Beberapa kali cuma gerimis, tetapi pagi ini airnya begitu banyak tercurah dari langit alias hujan turun cukup lebat. Aku kaget saat ada rembesan air mulai muncul di teras. Mula-mula cuma membasahi lantai keramik tipis-tipis, lalu mulai ada genangan air yang agak banyak, tapi lama-lama timbul air yang mengalir makin kencang, berwarna keruh.
Aku lantas cepat-cepat naik tangga menuju balkon untuk melihat selokan kecil di bawah di samping rumah. Waduh, ternyata airnya naik membludak luber ke mana-mana, dan akibatnya sebagian air yang bagai comberan itu menerobos masuk dan mengaliri teras samping dari sela-sela dinding tembok rumahku yang berbuat dan tersusun dari batu kapur tanpa plester.
Setahuku, ini pertama kali terjadi. Selokan yang berasal dari saluran air di pinggir jalan ujung gang menuju sungai kecil di belakang rumah itu dipenuhi sampah tidak keruan. Sebagian sampahnya sudah pasti telah hanyut menuju sungai, tetapi sebagian yang lain terhenti oleh sampah-sampah berat dan menyumpal selokan. Kulihat seperti ada bantal dengan kain lorek warna biru gelap dan kumal tersangkut di selokan itu, terdesak oleh aneka sampah yang hanyut berikutnya. Terlihat juga gunungan sampah plastik aneka rupa.
Di saat hujan masih turun begini, tidak ada yang bisa dilakukan selain menunggu hujan reda dan meminta Pak Din, tukang kebun kami, untuk secepatnya mengeksekusi segala sampah yang menyumpal selokan samping rumah dan bersih-bersih teras. Mengunggu hujan berhenti, sambil masih mengamati sumpalan sampah selokan yang memanjang, terbayang sampah-sampah itu akan berakhir ke mana dan akan berakibat apa. Sepanjang selokan tampak banyak sampah plastik berwarna-warni, plastik kemasan macam-macam, juga tas kresek yang tampak menggelembung penuh, yang kemungkinan berisi sampah juga.
Mungkinkah sebagian besar sampah-sampah itu sengaja dibuang ke selokan? Mungkinkah sampah-sampah itu serupa dengan sampah-sampah dalam kantong-kantong plasik yang menumpuk dan berderat-deret dan bahkan berceceran isinya di sebagian jalan-jalan kampung bahkan di sebagian ruas jalan lingkar selatan yang belakangan ini telah menjadi suatu pemandangan yang tampak biasa? Sangat boleh jadi. Hampir seluruh warga desa dan kampung melihat kenyataan fenomena surplus sampah yang berada di tempat yang tidak seharusnya di wilayah Yogya saat ini.
Sebagai warga kampung biasa, aku hanya bisa memilah sampah-sampah rumahku dari yang organik dan yang nonorganik. Yang organik kujadikan kompos untuk tanamanku, yang nonorganik alias plastik-plastik kuserahkan ke tukang sampah untuk dibawa ke tempat pembuangan sampah akhir. Lantas sampah-sampah plastik itu lantas akan dikemanakan atau diapakan, oleh Pemkot, aku juga tidak tahu. Aku bisa pusing kalau harus memikirkannya. Jadi, aku lakukan yang terbaik yang bisa kulakukan yaitu memilah-milah sampah: yang organik dan yang bukan; dan mengurangi sampah plastik.
Watik (warga kampung)