Category: Geguritan

Menyangga Keberagaman, Keselarasan, dan Kelestarian

Sutirman Eka Ardhana

Sutirman Eka Ardhana, atau sering dipanggil Eka, sejak tahun 1970-an sudah menulis puisi, sehingga sudah lama dia berproses menjadi penyair. Pertengahan tahun 1970-an dia mengasuh rubrik sastra remaja, yang dikenal dengan nama ‘Renas’. Ia menyeleksi calon2 penyair, agar puisinya lolos di rubrik yang dia asuh. Tentu, pengalamannya itu, membuat dia banyak bergaul dengan penyair seangkatannya,…
Read more

Liestyo Ambarwati Khohar

Kematian, kerinduan dan kesombongan menjadi perhatian Ambar dalam menulis puisi. Mungkin, dia sering  menemukan tiga hal itu dalam menjalani kehidupannya. Kematian memang tak bisa dihalangi kehadirannya, dan semua orang akan mengalaminya, Ambar menuliskan menyangkut perpisahan sebab kematian. Tentu, sedih dan duka tak bisa dihindari.

Ari Basuki

Kehidupan dan kematian, bagi Ari Basuki, hanya terpisah tirai tipis. Keduanya, lagi-lagi bagi Ari Basuki, sama-sama indah. Maka, orang akan menemukan keduanya. Tak ada yang bisa menolak. Ari menulis keduanya, salah satunya menggunakan metafora ‘jam’, yang selalu berdetak, sehngga menandakan hidup. Jam yang rusak, dan tak ada detak, artinya tak ada kehidupan di sana. Orang…
Read more

Yuli Purwati

Yupi, panggilan dari Yuli Purwati, sudah mulai rajin menulis puisi. Mestinya tak hanya menulis puisi untuk ikut antologi puisi bersama, atau untuk lomba. Menulis puisi perlu ketekunan, bukan hanya ‘dalam rangka’ lomba dan sejenisnya. Karena sesungguhnya, puisi tidak bisa dilombakan, dalam istilah Rendra, dalam ilmu surat tak ada juara satu, dalam ilmu silat, juara dua…
Read more

Djito Kasilo

Djito dikenal piawai perihal marketing. Rupanya, ia mengikuti puisi2 yang ditayang di sanggaragam, juga yang diupload di facebook. Dia meresponnya: boleh saya ikut? Tentu saja boleh! Kawannya, sastrawan Kurnia Effendi mengusiknya: segera kirim puisi! Tak diabaikannya, Djito Kasilo mengirim puisi, seolah ia sedang mencoba menulis bahan  marketing secara puitis.

Yuliani Kumudaswari

Yuliani seringkali menikmati suasana alam. Tampaknya dia merasa senang di tengah suasana itu, sehingga puisi2nya sering ditemukan menyajikan menyangkut suasana alam, yang di dalamnya ada cinta, rindu dan kenangan. Ia juga suka menikmati kopi, dan pengalaman minum kopi bisa mengkristal menjadi puisi. Dalam kata lain, Yuliani memiliki kepekaan dengan sekitarnya, dan dari sana ia menulis…
Read more

Ika Zardy Saliha

Ika Zardy tampaknya sering membaca berita, tetapi tidak dari surat kabar, melainkan dari perangkat handphone. Karena di era digital ini, informasi mudah sekali menyebar, dan orang tinggal menggunakan jarinya untuk mengikuti berbagai berita yang mengalir, bahkan banjir. Tak dimengerti betul, benar tidaknya berita2 itu, setiap detik selalu berganti. Tak perlu ada verifikasi. Berhenti mengikuti, ketika…
Read more

Selsa

Harapan, duka dan kebahagiaan seringkali memberi inspirasi Selsa dalam menulis puisi. Terkadang ketiganya diramu menjadi satu. Dan, salah satu dari ketiganya akan ditemukan diakhir puisi, misalya Selsa menulis: “hingga waktu mengubur jasadku”, atau “Manabari penjuru lereng harapan”, atau “dunia akan menjadi sahabatmu kelak”.

Syamsul Bahri

Penyair muda asal Subang ini memang cukup produktif menulis puisi. Beberapa buku puisinya sudah terbit. Selama 3 tahun, dari tahun 2020-2022 ia telah menerbitkan 4 buku. Di luar buku puisinya yang sudah terbit, ia (terus) menulis puisi. Rupanya, dia tidak ingin semangat menulis puisinya hanya dirangsang untuk lomba. Mungkin, ia tidak ingin dikategorikan sebagai penyair…
Read more

Sonia Prabowo

Sonia tak bisa melupakan nama, yang mungkin melekat dalam hatinya. Bahkan dalam hidupnya, nama itu menyertai. Rasanya, ia sudah lama tidak bersama nama itu, namun ingatannya tak bisa melepaskannya. Ia mencari nama itu, dan sudah tertutup belukar. Dalam kesendiriaanya yang kelu, Sonia masih melihat, nama yang tertutup belukar, seringkali harum bunga mawar menyertai. Ada banyak…
Read more