Blog

Menyangga Keberagaman, Keselarasan, dan Kelestarian

Bau Sampah, Peduli Sampah

Yang lagi hangat jadi perbincagan orang-orang di sebuah desa saat ini ialah bau busuk sampah. Tepatnya bau busuk hasil pengolahan sampah. Menurut cerita, sampah-sampah organik digiling oleh mesin di bank sampah desa tersebut lalu hasil sampah yang sudah berupa gilingan sampah itu diangkut dan diangin-anginkan dan dijemur di area embung desa sebelum diproses menjadi pupuk…
Read more

99 Penyair Silaturahmi Puisi di Sastra Bulan Purnama

Sastra Bulan Purnama, sebagai ruang berkarya dan persahabatan pada edisi 145 di bulan Oktober 2023 memasuki usia 12 tahun. Kegiatan pembacaan puisi diselenggarakan setiap bulan, dan selalu menghadirkan penyair dari berbagai kota di Indonesia. Untuk menandai 12 tahun Sastra Bulan Purnama, diterbitkan dua buku. Satu buku puisi karya 99 penyair dari berbagai kota. Masing-masing penyair…
Read more

Role of CIA in US Foreign Policy

Diskusi terbatas bersama LIKE Indonesia pada: hari Senin, 02 Oktober 2023 Pukul 13.00- 15.00 WIB Bertempat di Simetri Coffee Roaster Kotabaru, Yogyaarta N.b.: tersedia makan siang dan kopi untuk 15 kursi

Perubahan Sosial di Perdesaan: Sejarah Lisan Surakarta 1930-1960

Penulis: Kuntowijoyo, Ahmad Adaby Darban, Nur Aini Setiawati, Machmoed Effendhie, Budiyanto Editor: Ahmad Nashih Luthfi Penerbit: Kerjasama antara Kasan Ngali, Departemen Sejarah UGM dan STPN Press Tahun terbit: Agustus 2023 Halaman: xvii + 363 hlm. Ukuran: 15 cm x 23 cm ISBN: 978-623-97734-7-2 Dalam sejarah agraria, di Vorstenlanden (kerajaan-kerajaan di Surakarta dan Yogyakarta) terjadi perubahan…
Read more

Purnama di Kampung Sastra

Kali ini, Sastra Bulan Purnama bersinergi dengan Sanggaragam, satu media on line, yang memiliki rubrik puisi, dan setiap Jumat puisi-puisi yang masuk ditayang, untuk kemudian di bulan Agustus diterbitkan menjadi buku. Bulan Agustus 2023 merupakan seri kedua puisi Sanggaragam yang diterbitkan, memuat puisi karya 45 penyair dari berbagai kota di Indonesia. Usia mereka beragam, ada…
Read more

Sutirman Eka Ardhana

Sutirman Eka Ardhana, atau sering dipanggil Eka, sejak tahun 1970-an sudah menulis puisi, sehingga sudah lama dia berproses menjadi penyair. Pertengahan tahun 1970-an dia mengasuh rubrik sastra remaja, yang dikenal dengan nama ‘Renas’. Ia menyeleksi calon2 penyair, agar puisinya lolos di rubrik yang dia asuh. Tentu, pengalamannya itu, membuat dia banyak bergaul dengan penyair seangkatannya,…
Read more

Liestyo Ambarwati Khohar

Kematian, kerinduan dan kesombongan menjadi perhatian Ambar dalam menulis puisi. Mungkin, dia sering  menemukan tiga hal itu dalam menjalani kehidupannya. Kematian memang tak bisa dihalangi kehadirannya, dan semua orang akan mengalaminya, Ambar menuliskan menyangkut perpisahan sebab kematian. Tentu, sedih dan duka tak bisa dihindari.

Ari Basuki

Kehidupan dan kematian, bagi Ari Basuki, hanya terpisah tirai tipis. Keduanya, lagi-lagi bagi Ari Basuki, sama-sama indah. Maka, orang akan menemukan keduanya. Tak ada yang bisa menolak. Ari menulis keduanya, salah satunya menggunakan metafora ‘jam’, yang selalu berdetak, sehngga menandakan hidup. Jam yang rusak, dan tak ada detak, artinya tak ada kehidupan di sana. Orang…
Read more

Yuli Purwati

Yupi, panggilan dari Yuli Purwati, sudah mulai rajin menulis puisi. Mestinya tak hanya menulis puisi untuk ikut antologi puisi bersama, atau untuk lomba. Menulis puisi perlu ketekunan, bukan hanya ‘dalam rangka’ lomba dan sejenisnya. Karena sesungguhnya, puisi tidak bisa dilombakan, dalam istilah Rendra, dalam ilmu surat tak ada juara satu, dalam ilmu silat, juara dua…
Read more

Djito Kasilo

Djito dikenal piawai perihal marketing. Rupanya, ia mengikuti puisi2 yang ditayang di sanggaragam, juga yang diupload di facebook. Dia meresponnya: boleh saya ikut? Tentu saja boleh! Kawannya, sastrawan Kurnia Effendi mengusiknya: segera kirim puisi! Tak diabaikannya, Djito Kasilo mengirim puisi, seolah ia sedang mencoba menulis bahan  marketing secara puitis.