Category: Sosok

Menyangga Keberagaman, Keselarasan, dan Kelestarian

UMI ROHINAH: BUKAN PEREMPUAN DESA BIASA

Senang bernyanyi, menembang, mendongeng, suka membaca, gemar mengisi TTS, mengerti beberapa bahasa, dapat menulis dalam sejumlah aksara, paham not balok; di usianya yang 93, Rohinah yang lahir di Dusun Butuh, Desa Lendah, Kulonprogo pada 14 Agustus 1930 ini sekarang masih hobi rengeng-rengeng, berdendang, masih antusias bercerita, masih menikmati novel, masih membaca buku-buku nonfiksi, tentang budaya,…
Read more

BUYA SYAFII DAN UANG

Sumber foto: Wikipedia Minangkabau     Oleh Hamid Basyaib   Sejumlah orang memrakarsai pendirian Maarif Institute pada 2002, dengan kegiatan utama menjelajahi pemikiran keislaman yang toleran, kultural, ilmiah, dan berwawasan ke depan, sejalan dengan corak pemikiran Buya Syafii Maarif. Di tahun itu, ia masih menjabat Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah (1998-2005), dan dari perbarengan inilah bermula “kekacauan”…
Read more

Titik Balik: Sosok Arsitek Memilih Tinggal di Desa

Nama Eko Agus Prawoto, sudah tidak asing.  Seorang  arsitek, akademisi dan seniman yang konsisten mengembangkan karya dengan material alami. Salah satunya bambu. Dua dekade terakhir, bambu ‘mendunia’ dengan sentuhan  estetik tangan dingin  Eko Prawoto. Desain seni instalasi bambu menghiasi danau di Brussel hingga di Arnhem, Belanda.  Membentuk sebuah pertemuan (encounter) dua entitas budaya. Eko Prawoto,…
Read more

Lurah Yang “mbedani” dari Kebonharjo, Samigaluh

  Rohmad Ahmadi adalah sosok lurah Desa Kebonharjo, Samigaluh, Kulon Progo.  Lurah ini “berbeda” dengan lurah-lurah yang lain, karena cara pandangnya dalam mengelola tata kelola desa yang khas. Ia menggali kembali spirit budaya sebagai pendekatan dalam mengelola desa.  Budaya menjadi kekayaan  dan sumber pengetahuan lokal.  Desa Kebonharjo yang terletak di kawasan bukit Menoreh adalah desa…
Read more

BUKAN IDENTITAS KEMANUSIAAN YANG PENTING

Sosok satu ini adalah Agus Handoko. Seorang keturunan peranakan Tionghoa yang tinggal di Kampung Cokrokusuman, Kemantren Jetis Yogyakarta. Ia rakyat kebanyakan, orang biasa. Tetapi ia mampu ‘menembus’ semua kalangan. Mulai kerabat keraton, komunitas Tionghoa, Jawa, lintas suku dan agama hingga kalangan bawah yang biasa disebut ‘orang tidak enak dimakan’ atau kelompok preman jalanan. Prinsipnya berkarya…
Read more