Category: Geguritan

Menyangga Keberagaman, Keselarasan, dan Kelestarian

Joko Rabsodi

Kematian bukan hanya disertai duka, tapi seringkali membawa luka. Ketika kematian belum sepenuhnya bisa lepas dari ingatan, seolah kematian yang sudah tak lagi berinetaraksi, karena masih terus melekat dalam ingatan, sehingga seperti selalu mengajak ‘Dialog Kematian’ Begitulah kemetian yang tak segera pergi dari ingatan, seperti selalu berada di dekatnya. Meskipun ‘sunyi’, tetapi seperi ‘ada jutaan…
Read more

Swasmi Purwajanti

Puisi Swasmi, yang menyajikan kisah menyangkut rindu, kenangan dan duka, yang ujungnya pada satu titik yang paling tinggi, yaitu Tuhan. Pengalaman personal menjadi awal dia menulis puisi, sehingga puisi2nya betul2 sangat personal. Seolah pembaca (hanya) diminta mendengar kisah personal. Padahal, apa yang dialami secara personal, seringkali juga dialami orang lain, dengan demikian yang personal tidak…
Read more

Marjuddin Suaeb

Ketika  muda dulu, Marjuddin seringkali menyusuri sudut-sudut kota Yogya, tetapi setelah memilih menetap di dusun, hal seperti itu tak dilakukannya lagi. Apalagi di masa pandemi ini, dia lebih banyak tinggal di rumah: ‘Lama tak mencari/Selama Pandemi/Tak Pernah Pergi/Meringding tiap dengar berita mati. Begitulah Marjuddin, menuls puisi menyangkut kenangan masa lalu, dan bagaimana persahabatan memiliki kualitas.…
Read more

W. Tanjung Files (Fileski)

Tanjung, agaknya, melalui tiga puisinya ini,  ingin mengungkapkan rasa bahagia, duka, kebosanan atau malah harapan, dengan cara bermain-main, sekaligus ingin serius, sehingga pilihan katanya terasa mengejutkan, namun juga menggelikan. Ia, Tanjung, ingin memberi imajinasi bahwa kebahagiaan bisa dinikmati, seperti ‘tawa di cangkir’. Kita tahu, minum secangkir kopi atau teh, bisa menyenangkan, terkadang rasa senang itu…
Read more

Donny E. Saputra

Seringkali, kapan membaca puisi, terpaku pada tema-tema yang, seolah besar, dan jauh tak terjangkau. Puisi, seolah selalu (harus) transenden, tak boleh tampil remeh. Karena puisi dianggap sesuatu  yang serius. Puisi tak harus selalu seperti itu, ia boleh tampil secara jenaka, ‘seperti sepatu unta, warnanya senada sahara, tapi  dari kulit rusa. Yang jenaka bisa  ‘mengejutkan’ sekaligus…
Read more

Lies Wijayanti SW

Tanaman dan pekarangan, tampaknya menjadi perhatian Lies Wijayanti. Mungkin karena dia perempuan, dan suka merawat tanaman, mungkin juga pekarangan tempat tinggalnya ada banyak tanaman, sehingga saban hari ia bisa merawat tanaman, atau di kebun lain, kapan dia bepergian, hampir-hampir tak bisa dilepaskan, selalu menyentuh tanaman. Bukan hanya sekedar tanaman untuk keindahan, seperti tanaman bunga-bunga, tetapi…
Read more

Yuli Purwati

Tiga puisi Yuli ini, sebut saja hasil dari memasang perangkap disekitar tempat tinggalnya, yang penuh tanaman dan pepohonan, dan juga tak jauh dari persawahan. Lintasan2 yang lewat tidak dibiarkan menjadi gosip atau basa-basi belaka, melainkan ia format menjadi puisi. Memang belum begitu ketat dalam memilih kata, tetapi setidaknya upaya untuk menulis puisi tidak lelah terus…
Read more

Dharmadi

Puisi2 Dharmadi, seorang penyair yang sudah lama bergulat dengan puisi, dan sampai sekarang masih terus menulis puisi. Mungkin, puisi telah menjadi bagian dari hidupnya, yang tak bisa dilepaskan. Puisi2nya pendek2, hanya  4 atau 6 baris, yang dulu pernah dikenal sebagai puisi alit. Seolah, puisi2nya hanya menyampaikan kisah selintas, laiknya pandangan mata. Tetapi sebenarnya ia mencoba…
Read more

Sriyanti S. Sastroprayitno

Kenangan dan rindu seringkali mudah ditemukan dalam puisi. Suasana seperti itu, acapkali menyita perhatian, dan tertinggal di hati. Sriyanti, agaknya  sering terperangkap dalam kenangan, dan rasa rindu mengalir dalam imajinasinya. Kenangan dan rindu akan tempat, mengingat  kota atau  yang  pernah dikunjungi, dan sesuatu yang ada di tempat itu menyita perhatian, atau rute  yang sering dilewati…
Read more

Marlin Dinamikanto

Tiga puisi Marlin ini mengandung sindiran, sebagaimana sindiran tidak memiliki pretensi meonohok, tetapi memiliki suasana menggelikan, sehingga siapa yang membaca sindirannya bisa ikut tertawa. Ia tidak hanya menyindir pemerintah atau orang mapan lainnya, tetapi juga menyindir dirinya sendiri, menyindir hidupnya sendiri. Karena itu, puisi Marlin enak dan lucu dinikmati.